Nama : Dinda Pratiwi Sabar
Kelas : LA16
NIM : 1401090745
Development
Life Cycle
Berbagai tantangan secara teknis dan
organisasi dalam menerapkan ERP sangat
bergantung pada Organisasi, Ruang lingkup implementasi ERP, proses bisnis, dan
tingkat kemampuan dari End-User. System development Life Cycle(Siklus hidup
pengembangan sistem) memberikan panduan yang berguna bagi proses Implementasi
ERP. SDLC sendiri mencakup proses perencanaan, merancang, dan dapat menciptakan
Sistem Informasi untuk organisasi. Dalam proses SDLC ini lebih baik memiliki
metodologi yang terstruktur guna untuk menghindari kesalahan dan
mengkoordinasikan rancangan dan desain dengan baik diantara para anggota tim
pengembangan system yang besar. Selain itu system pengembangan yang kompleks dipecah
menjadi masalah yang dikelola menjadi lebih simple dengan menggunakan system hirarki
serta mengembangkan solusi untuk setiap masalah dalam hirarki. Sistem-sistem
berbeda dari segi ukuran dan kompleksitas teknologinya dan dari masalah
perusahaan yang dipecahkannya. Sejumlah pendekatan system telah dikembangkan
untuk menangani perbedaan-perbedaan tersebut. Dalam penulisan ini akan dibahas
metode tradisional dari pengembangan system.
Siklus
hidup system tradisional
Siklus pengembangan hidup system
metode tradisional adalah metode yang
tertua. Merupakan pendekatan secara bertahap untuk membangun system. Siklus
hidup system ini masih bisa digunakan untuk pengembangan system
yang rumit yang memerlukan analisis tepat. Akan tetapi membutuhkan biaya yang besar.
Pendekatan SDLC (System development
life Cycle) dibagi menjadi 3 yaitu :
A.
Metode pengembangan SDLC Evolusioner
Metode
ini berdasarkan para ide untuk mengembangkan implementasi awal, kemudian menunjukkan
system awal itu kepada user untuk diminta pendapatnya dan memperbaikinya secara
bertahap sampai system yang memenuhi persyaratan diperoleh. Pengembangan system
secara evolusioner memiliki 2 variasi :
1. Pengembangan
Eksploitary : Tujuan proses ini adalah bekerja dengan pelanggan untuk
menyelidiki persyaratan mereka dan mengirimkan system akhir.
2. Prototype
yang dapat dibuang(Throw-away prototype) : metode ini fokus pada eksperimen
dengan persyaratan pelanggan yang tidak dipahami.variasi ini lebih cocok untuk
pengembangan software jenis generic product.
B. Metode
pengembangan prototyping
Prototyping
adalah salah satu pendekatan dalam rekayasa perangkat lunak yang secara
langsung mendemonstrasikan bagaimana sebuah perangkat lunak atau
komponen-komponen perangkat lunak akan bekerja dalam lingkungannya sebelum
tahapan konstruksi aktual Beberapa model prototype adalah sebagai berikut :
- Reusable prototype : Prototype yang akan dikonversikan menjadi produk final.
- Throwaway prototype : Prototype yang akan dibuang begitu selesai menjalankan artinya.
- Input/output prototype : Prototype yang terbatas pada antar muka pengguna (user interface).
- Processing prototype : Prototype yang meliputi perawatan file dasar dan proses-proses transaksi
- System prototype : Prototype yang berupa model lengkap dari perangkat lunak.
Proses pada model prorotyping adalah
sebagai berikut :
1. Requirements Needed
developer dan klien bertemu dan menentukan tujuan secara umum, kebutuhan yang diketahui dan gambaran bagian-bagian yang akan dibutuhkan berikutnya.
developer dan klien bertemu dan menentukan tujuan secara umum, kebutuhan yang diketahui dan gambaran bagian-bagian yang akan dibutuhkan berikutnya.
2. perancangan/desain
perancangan dilakukan cepat dan rancangan mewakili semua aspek software yang diketahui, dan rancangan ini menjadi dasar pembuatan prototype.
perancangan dilakukan cepat dan rancangan mewakili semua aspek software yang diketahui, dan rancangan ini menjadi dasar pembuatan prototype.
3. Evaluasi prototype
klien mengevaluasi prototype yang dibuat dan digunakan untuk memperjelas kebutuhan software.
klien mengevaluasi prototype yang dibuat dan digunakan untuk memperjelas kebutuhan software.
Perulangan
ketiga proses ini terus berlangsung hingga semua kebutuhannya terpenuhi. Prototype-prototype dibuat untuk
memuaskan kebutuhan klien dan untuk memahami kebutuhan klien lebih baik.
Prototype yang dibuat dapat dimanfaatkan kembali untuk membangun software lebih
cepat.
C. Metode
RAD (Rapid Application Development)
Metode
RAD adalah proses model pembangunan software yang tergolong dalam teknik
hirarki. RAD menekan siklus hidup pembangunan yang singkat dan pendek. Waktu yang
singkat adalah batasan yang penting untuk model ini. Model ini menggunakan
metode iterative dalam mengembangkan system. Dimana system dikonstruksikan di
tahap awal pengembangan dengan tujuan menetapkan user. RAD mengadopsi model waterfall
dan pembangunan dalam waktu singkat dicapai dengan menerapkan component based
construction.
Kelemahan
model RAD :
-
Membutuhkan
Sumber daya yang besar.
-
Resiko
kegagalan proyek karena waktu yang telah disepakati tidak terpenuhi.
-
sistem
yang tidak bisa dimodularisasi tidak cocok untuk model RAD.
Tahapan-tahapan dalam model RAD :
- Business Modelling
Fase ini untuk mencari aliran
informasi seperti : informasi mengendalikan proses bisnis, dimana informasi
digunakan, siapa yang memproses informasi itu, dan informasi apa yang
dimunculkan.
- Testing dan Turnover
Karena
menggunakan kembali komponen yang telah ada, makaakan mengurangi waktu pengujian. Tetapi komponen baru harus diujidan semua interface harus dilatih secara penuh.
- Application Generation
Selain
menggunakan bahasa pemrograman generasi ketiga, RAD juga memakai komponen
program yang telah ada atau menciptakan komponen yang bisa dipakai lagi.
Alat-alat baantu bisa dipakai untuk memfasilitasi konstruksi perangkat
lunak.
- Process Modelling
Aliran
informasi pada proses modelling ditransformasikan untuk mendapatkan aliran informasi yang diperlukan pada implementasi fungsi bisnis. pemrosesan diciptakan untuk menambah, memodifikasi, menghapus, atau mendapatkan kembali objek data tertentu.
- Data Modelling
Fase
ini menjelaskan objek data yang dibutuhkan dalam proyek. Karakteristik (atribut) masing-masing data diidentifikasikan dan hubungan antar objeknya.
Sumber :